Laminasi dan Enkapsulasi

PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Setiap pustakawan harus dapat mencegah terjadinya kerusakan bahan pustaka. Kerusakan itu dapat dicegah jika kita mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebabnya.
Faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka bermacam-macam bisa oleh manusia, oleh tikus, oleh serangga, dan lain-lain. Penggunaan sistem pengumpanan, peracunan buku, penuangan larutan racun ke dalam lubang rayap, memberikan lapisan plastik pada lantai dan menempatkan kapur barus di rak dan akar “loro setu” di antara buku-buku agar serangga segan menghampirinya, ini merupakan cara untuk dapat mencegah kerusakan bahan pustaka. Yang paling baik ialah menyediakan ruangan khusus untuk perbaikan bahan pustaka dengan petugasnya sekaligus, sehingga kalau diperlukan perbaikan bahan pustaka, dapat dikerjakan dengan cepat. Jangan menunggu kerusakan menjadi lebih berat. Tentu saja pencegahan yang berhasil akan memberikan dampak ekonomi yang positif bagi perpustakaan.

B.Rumusan Masalah
1.Apa  Pengertian Laminasi  dan enkapsulasi ?
2. Bagaimana tata cara laminasi bahan pustaka ?



BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Laminasi dan Enkapsulasi
 Laminasi artinya melapisi bahan pustaka dengan kertas khusus, agar bahan pustaka menjadi awet. Proses keasaman yang terjadi pada kertas atau bahan pustaka dapat dihentikan oleh pelapis bahan pustaka yang terdiri dari film oplas, kertas kromtom, atau kertas pelapis lainnya. Untuk memperpanjang umur bahan pustaka perlu diadakan pelapisan atau laminasi, terutama bahan pustaka yang lapuk atau robek sehingga menjadi tampak kuat atau utuh kembali. . Pelapis bahan pustaka ini menahan polusi atau debu yang menempel di bahan pustaka sehingga tidak beroksidasi dengan polutan. Proses laminasi biasanya digunakan untuk kertas-kertas yang sudah tidak dapat diperbaiki dengan cara lain misalnya seperti menambal, menjilid, menyambung dan sebagainya. Biasanya kertas atau bahan pustaka yang dilaminasi adalah yang sudah tua dan berwarna kuning cokelat.
Setelah kita tetapkan bahwa sebuah bahan pustaka perlu diawetkan karena memiliki nilai sejarah atau nilai budaya yang lain, maka bahan pustaka tersebut kita laminasi. Dokumen yang telah dihilangkan atau dikurangi tingkat keasamannya di atas, kita awetkan dengan cara laminasi. Cara lain selain laminasi adalah enkapsulasi. Enkapsulasi adalah salah satu cara melindungi kertas dari kerusakan fisik misalnya rapuh karena umur. Yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan enkapsulasi adalah kertas harus bersih, kering dan bebas asam. Pada umumnya kertas yang akan dienkapsulasi berupa kertas lembaran seperti naskah kuno, peta, poster, dan sebagainya yang umumnya sudah rapuh. Pada enkapsulasi setiap lembar kertas diapit dengan cara menempatkannya di antara dua lembar plastic yang transparan. Jadi tulisannya tetap dapat dibaca dari luar. Pinggiran plastic tersebut, ditempeli lem dari double sided tape tadi, sehingga bahan pustaka tidak terlepas.
Enkapsulasi mirip menempatkan bahan pustaka pada amplop yang terbuat dari plastik, tetapi dalam enkapsulasi tidak ada udara di dalamnya seperti pada amplop.
Perbedaan antara laminasi dan enkapsulasi ialah bahwa pada laminasi, bahan pustaka menempel dengan pembungkusnya, sedangkan pada enkapsulasi bahan pustaka tidak menempel, sehingga kalau diperlukan, bahan pustaka bisa diambil dengan utuh, dengan cara menggunting bagian tepi plastic pelindungnya. Ijazah atau bahan pustaka penting lainnya lebih baik di enkapsulasi daripada dilaminasi. Dokumen tetap terlindung, awet, dan tidak rusak. Yang penting harus diperhatikan dalam pelaksanaan enkapsulasi adalah bahwa kertas harus bersih, kering, dan bebas asam (sudah dideasidifikasi).

B.Tata cara Laminasi
Ada dua cara laminasi, yaitu dengan mesin dan secara manual
1.Laminasi Mesin
Laminasi dengan mesin juga dibagi menjadi dua, yaitu : cara dingin, dan cara panas.
a.      Laminasi Mesin dengan cara dingin
Laminasi mesin dengan cara dingin ialah melapisi kedua sisi kertas dengan bahan yang disebut film oplas. Film ini diimpor dari Jerman.Film oplas ini mengandung lem, dan dapat dibuka kembali dengan cara membasahinya dengan air.
Dua buah rol film oplas kita pasang pada sebuah mesin penggerak, di atas dan di bawah bahan pustaka. Petugas laminasi memasukkan kertas yang akan dilaminasi di antara kedua film oplas tersebut seperti kalau kita memasukkan kertas yang akan dikirim melalui facsimile, atau mesin pembuat transparansi film untuk OHP. Dua rolfolm oplas itu bertemu dengan permukaan kertas yang akan dilaminasi. Seolah kedua film tersebut menelan bahan pustaka penting tadi dan memuntahkannya di bagian belakang mesin yang bergandengan antara satu bahan pustaka dengan lainnya. Kemudian dipotong satu per satu dan dijilid atau disusun menurut nomor berurutan sesuai dengan susunan aslinya.
Sebagai petugas harus rajin membersihkan dan memelihara mesin, serta memahami betul cara bekerjanya. Teknik memasukkan bahan pustaka di antara dua film oplas harus diperhatikan agar tidak terjadi adanya gelembung udara antara bahan pustaka dan pelapis. Mengingat harganya yang mahal, harus dipertimbangkan masak-masak apakah bahan pustaka laik untuk dilaminasi. Kalau  tak mungkin memiliki sendiri alat laminasi itu, perpustakaan dapat mengadakan kerja sama. Atau diserahkan kepada perusahaan komersial.
Di Indonesia yang memiliki peralatan ini adalah Arsip Nasional Republik Indonesia.
b.      Laminasi mesin dengan cara panas
      Laminasi dengan cara panas menggunakan kertas cromton untuk melapisi kedua sisi bahan pustaka. Kertas dipanaskan antara 70-90°C, agar kertas cromton tersebut dapat menempel pada bahan pustaka. Cara kerjanya juga sama seperti cara dingin, hanya kalau pelapisnya mau dilepaskan dari bahan pustaka, kita bisa menggunakan  acean, dan bahan pustaka aslinya bisa kita dapatkan kembali.
Dalam melaminiasi bahan pustaka kita tidak boleh sembarangan, harus dipikirkan bagaimana caranya agar bahan pustaka tidak menjadi rusak oleh bahan pelapis. Pada laminasi paten” kertas pelapis tidak bisa dibuang tanpa meninggalkan bekas-bekas kerusakan pada bahan pustaka.
2.      Laminasi dengan Manual
Cara ini dikerjakan dengan menggunakan kertas laminasi yang kita impor khusus dari luar negeri. Bahan ini belum diproduksi di Indonesia.
Cara penggunaannya kita letakkan kertas laminasi di meja yang diberikan alas. Kemudian bahan pustaka ditempatkan di atasnya, sesudah itu diletakkan kertas laminasi lagi. Jadi seperti membuat sandwich. Kemudian oleskan aceton yang bersedia di cawan, dengan kuas. Hati-hati jangan sampai ada gelembung udara di antara kertas pelapis dan bahan pustaka. Jangan terlalu menekan kertas, sebab bisa merobek kertas laminasi dan bahan-bahan pustakanya. Kemudian dikeringkan. Setelah kering maka pinggirnya digunting dengan rapi. Dokumen akan menjadi lebih awet dan udara luar tidak akan mengganggu zat kimia yang terdapat pada kertas, sehingga proses keasaman terhenti.
Biaya untuk laminasi cukup mahal. Satu halaman folio bisa mencapai Rp. 1.000,00 karena itu kalau memang tidak sangat penting, tidak perlu diadakan laminasi, tetapi cukup dengan cara encapsulasi yang bisa menggunakan plastik biasa dan double sided tape. Bahan yang baik ialah plastik estralon.
3.      Laminasi Lontar
Untuk menjaga kelangsungan hidup lontar, lontar perlu dilaminasi. Pelaksanaannya lama seperti yang dilakukan pada bahan pustaka jenis kertas.
Agar dapat bertahan lama, lontar harus diberikan bahan-bahan penahan temperatur tinggi. Untuk menghindari pengaruh iklim, lontar dapat dilapisi dengan minyak sereh. Cara itu dilakukan agar lontar tidak kaku dan terhindar dari gangguan serangga. Untuk mencegah pengaruh kelembaban, setiap daun lontar perlu dilapisi dengan acetone dan ethanol. Campuran kimiawi itu dapat digunakan untuk membersihkan bakteri-bakteri yang terdapat pada daun lontar. Fungsi lainnya dari campuran kimiawi itu ialah pemberi daya pelumas terhadap daun lontar.








BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
 Laminasi artinya melapisi bahan pustaka dengan kertas khusus, agar bahan pustaka menjadi awet. Enkapsulasi adalah salah satu cara melindungi kertas dari kerusakan fisik misalnya rapuh karena umur.
Tata cara Laminasi Ada dua yaitu dengan mesin dan secara manual, cara mesin juga terbagi atas dua yaitu cara dingin, dan cara panas. Laminasi mesin dengan cara dingin ialah melapisi kedua sisi kertas dengan bahan yang disebut film oplas.  Laminasi dengan cara panas menggunakan kertas cromton untuk melapisi kedua sisi bahan pustaka. Cara manual Cara ini dikerjakan dengan menggunakan kertas laminasi yang kita impor khusus dari luar negeri.   Laminasi Lontar  di lakukan Untuk menjaga kelangsungan hidup lontar, lontar perlu dilaminasi. Pelaksanaannya lama seperti yang dilakukan pada bahan pustaka jenis kertas.





These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

3 comments

18 Oktober 2013 pukul 10.26

baru thu sy apa itu laminasi dan enkapsulasi....

4 Desember 2013 pukul 16.19

masih terasa Asing di telinga saya kata Laminasi dan enkapsulasi ,tapi setelah di baca-baca akhirnya ngerti apa itu Laminasi dan enkapsulasi...thanks atas sharenya...

4 Mei 2014 pukul 21.59

Blogwalking Sob(y) Nyimak deeh :D

Cara Mendapatkan Baclink berkualiast --> http://www.ariiff-rahman.com/2012/11/dalam-seo-search-engine-optimization.html
Cara Menaikan Page Rank --> http://www.ariiff-rahman.com/2012/09/cara-cepat-menaikkan-pagerank-dan.html

Posting Komentar